Kamis, 11 Desember 2014

MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
KOMPONEN ORGANISASI,  JENIS DAN FAKTOR-FAKTORNYA

Logo STIT Hijau

Oleh :
ALMA'U YAHYA
DESPI DAHNIAR
ERNI MEGAWATI
GITHA OKTASARI
AGO SOLEH ABDULLAH
DELY PUSPITA SARI



Dosen Pengamp:
ARIF LUTHFI Mp.d

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QURANIYAH MANNA BENGKULU SELATAN
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Dia-lah yang telah telah memberikan nikmat kesempatan dan waktu serta rahmatnya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KOMPONEN ORGANISASI,  JENIS DAN FAKTOR-FAKTORNYA
Dengan harapan dapat dimanfaatkan sebagai bahan kuliah dan diskusi pada tatap muka perkuliahan.
Penyusun berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan masukan yang positif serta saran-saranya untuk kesempurnaan makalah ini.
            Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini tercatat sebagai amal shaleh dan menjadi motivator bagi penyusun.





Manna,Oktober2012

Penyusun









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................         i
DAFTAR ISI...............................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................       iii
              A.    Latar Belakang.................................................................................       iii
 B.     Rumusan Masalah............................................................................       iii

BAB II PEMBAHASAN
A. Organisasi kurikulum.....................................................................        1
B. Komponen organisasi.....................................................................        1
C. Jenis-jenis organisasi......................................................................        6
D. Faktor-faktor organisasi ................................................................        9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .....................................................................................      12
B.     Saran................................................................................................      13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................      14











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikuluam adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Struktur program ini merupakan dasar yang cukup esensial dalam pembinaan kurikulum dan berkaitan erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai. Ada dua struktur yang dikembangkan dalam pengorganisasian dan penyelenggaraan kurikulum, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan masalah pengorganisasian atau penyusunan materi yang akan ditransformasikan kepada peserta didik dalam pola atau bentuk tertentu. Sedangkan struktur vertical berhubungan dengan system-sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, yang antara lain meliputi pengaturan kelas dan alokasi waktu. Tulisan ini mengurai tentang komponene-komponen yang terkandung pada masing-masing struktur program horizontal dan vertical.

B.     Komponen-Komponen Organisasi
1.      Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam pengorganisasian kurikulum merupakan suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik. Sejak permulaan abad ke-20 terutama di Amerika serikat muncul beberapa organisasi kurikulum yang baru sebagai reaksi terhadap organisasi kurikulum subject matter, yang merupakan organisasi kurikulum yang paling tua. Pertentangan muncul antara subject matter curriculum dengan lawannya yaitu activity curriculum. Dalam dunia pendidikan dikenal ada tiga jenis pola organisasin kurikulum, yakni: subject curriculum, activity curriculum, dan core curriculum. Dalam prakteknya tidak pernah dijumpai satu bentuk kurikulum yang murni melainkan terdapat modifikasi dari ketiga pola tersebut.
Setiap organisasi kurikulum ditandai oleh ciri-ciri khusus yang membedakannya dari organisasi yang lain. Disamping cirri-ciri tersebut, setiap organisasi memerlukan sarana dan perangkat yang berbeda pula. Pelaksanaan kurikulum dipengaruhi dan bergantung kepada banyak factor terutama sarana belajar, guru, pimpinan pendidikan (kepala sekolah), dan orang tua peserta didik.

·         Subject Matter Curriculum
Subject matter curriculum merupakan organisasi kurikulum yang tertua dan banyak digunakan di berbagai negara. Subject matter curriculum adalah organisasi materi pendidikan dalam bentuk mata-mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah. Mata-mata pelajaran itu biasanya berupa pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan logis yang diberikan sesuai ndengan jenjang-jenjang tertentu.
Ciri-ciri : Mata pelajran yang diklasifikasikan sesuai dengan bidang keilmuan/pengetahuan ilmiah. Memberikan tekanan pada isi dan teknik memberikan pelajaran mata pelajaran umumnya bersifat konstan dan tidak banyak perubahan, meskipun perkembangan ilmu pengetahuan mengalami peningkatan
Perencanaan program pengajaran disusun terlebih dahulu. Untuk mengembangkan subject matter curriculum yang optimal, diperlukan beberapa sarana, baik personel, material, dan fasilitas lainnya. S. Nasution mengklasifikasi bentuk subject matter curriculum menjadi tiga, yaitu Separate subject curriculum, correlated subject curriculum, dan integrated subject curriculum. Bentuk ketiga ini ternyata sama dengan activity curriculum yang dimaksudkan oleh Nana Sudjana.
-Separate subject curriculum
Kurikulum ini menyajikan materi pelajaran dalam bentuk subyek-subyek tertentu yang terpisah-pisah. Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpesah-pisah ini lebih bersifat subject centered, yaitu berpusat pada bahan pelajaran, dari pada child centered, yang berpusat pada minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum bentuk ini disusun berdasarkan pandangan ilmu jiwa asosiasi, yaitu mengharapkan terjadinga kepribadian yang bulat berdasarkan potongan-potongan pengetahuan.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan pada separate subject kurikulum ini.
Kelebihan kurikulum ini antara lain :
Bahan pelajaran dapat disampaikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan
Organisasinya sangat sederhan, mudah direncanakan, mudah dilaksanakan, dan mudah pula diadakan perubahan. Kurikulum ini mudah dievaluasi, untuk selanjutnya diadakan perbaikan seperlunya. Memudahkan guru untuk menyampaikan materi, karena guru hanya dibebani menyampaikan materi-materi tertentu yang sesuai dengan kompetensinya saja. Adapun kelemahan kurikulum ini antara lain:
Kurikulum ini memberikan pelajaran secara terpisah-pisah yang tidak ada hubungannya dengan materi lain sehingga penguasaan peserta didik atas materi merupakan sesuatu yang lepas antara satu dengan lainnya.
Kurikulum ini kurang mengakomodasi minat dan bakat peserta didik.
Kurikulum ini cenderung statis karena sudah direncanakan terlebih dahulu.
Kurikulum ini hanya mengembangkan ranah kognitif, dan kurang memperhatikan ranah afektifnya.
-Correlated Subject curriculum
Kurikulum ini berusaha menghubungkan antara dua mata pelajaran atau lebih, sehingga diharapkan peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang utuh dan tidak sepotong-potong seperti pada separate subject curriculum, misalnya menghubungkan antara matematika, fisika, kimia dan biologi yang semuanya tergolong dalam IPA; menghubungkan antara sejarah, ekonomi, dan ilmu social yang memang termasuk dalam IPS.
Kurikulum ini juga mempunyai kelemahan, di samping banyak kelebihan yang
dimiliki.
Kelebihan kurikulum ini antara lain: Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran, sehingga dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Adanya kemampuan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan secara fungsional, karena mereka dapat memanfaatkan korelasi antar mata pelajaran untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Adapun kekurangan kurikulum ini adalah: Kurikulum ini, sebagaimana separate sumject curriculum, juga belum menyentuh aspek emosi. Penggabungan beberapa mata pelajaran yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
-Integrated Curriculum
Kurikulum ini benar-benar menghilangkan batas di antara berbagai mata pelajaran. Keseluruhan mata pelajaran dilebur menjadi satu dan disajikan dalam bentuk unit. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran, diharapkan dapat terbentuk kebulatan pengetahuan peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnnya. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi, masalah, dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah. Kelebihan kurikilum ini antara lain:
Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan dan minat anak. Kurikulum ini memungkin danya hubungan saling menguntungkan antara sekolah dengan masyarakat, karena masyarakat menjadi laboratorium bagi peserta didik.
Kelemahan kurikulum ini antara lain: Tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis. Pelaksanaannya membutuhkan prasarana yang harus lengkap
Sulit diadakan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaannya.

·         Activity Curriculum
Kurikulum ini sama dengan integrated subject curriculum, yang menekankan pada aktivitas dan pengalaman peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Ada tiga ciri kurikulum ini yang membedakan dengan kurikulum yang lain, diantaranya:
Program kegiatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh perhatian dan tujuan anak. Tidak ada perencanaan terlebih dahulu, karena materi disesuaikan dengan minat peserta didik. Metode yang paling dominant dalam pengajarannya adalah problem solving. Adanya program khusus untuk mel;ayani peserta didik yang mempunyai minat khusus. Guru yang mengajar harus mempunyai pengetahuan yang luas, khususnya tentang perkembangan anak. Tidak ada urutan tingkatan dan kelas perencanaan dan proses pembelajaran tidak terikat oleh waktu.

·         Core Curriculum
Core curriculum (kurikulum inti) muncul atas dasar pemikiran bahwa pendidikan memberikan tekanan pada dua aspek yang berbeda, yakni:
Adanya reaksi terhadap mata pelajaran yang terpisah-pisah yang mengakumulasi bahan pelajaran. Karena permasalahan inilah sehingga perlu mengorganisasi mata pelajaran dalam satu inti yang mengandung banyak bahan pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya isi mata pelajaran dengan makna yang lebih luas.
Perubahan konsep mengenai peranan social pendidikan di sekolah. Di dalam masyarakat yang semakin terbagi-bagi dan terfragmentasi, perlu adanya program pendidikan yang menekankan kepada usaha mempertahankan nilai-nilai umum dan perspektif social yang dianut bersama.
2.      Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah system-sistem penyelenggaraan kurikulum sekolah, yaitu apakah kurikulum itu dijalankan dengan system kelas atau tanpa kelas, system unit waktu yang digunakan, dan masalah pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi (dan pokok bahasan) pada tiap tingkat.
Penyelenggaraan kurikulum melalui system kelas dan tanpa kelas.
-Sistem Kelas.
Kurikulum ini menuntut dilaksanakan melalui ke;as-kelas tertentu, yaitu dari kelas I sampai kelas VI untuk sekolah dasar dan tiga tingakatan untuk tingkat lanjutan.
Penentuan bahan pelajaran telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dimungkinkan selesai untuk diberikan di kelas tersebut untuk waktu tertentu.
Konsekuensi system kelas adalah adanya kenaikan kelas setiap tahun. Dengan system ini akan diperoleh kelogisan, kesistematisan, dan ketetapan penjenjangan bahan pelajaran. Di samping itu, kurikulumny mudah disusun serta mudah dievaluasi.
Kelemahan system kelas ini antara lain adalah timbulnya efek psikologis bagi peserta didik yang tidak naik kelas.
-Sistem tanpa kelas
Pelaksanaan program dengan system ini tidak mengenal adanya kelas-kelas tertentu, yang ada hanyalah tingkat-tingkat program tertentu. Setiap anak diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya. System ini misalnya dapat ditemui pada lembaga-lembaga kursus yang diselenggarakan oleh lembaga tertentu. Keunggulan system ini terletak pada kebebasan bagi siswa dan cukup demokratis. Adapun kelemahannya, antara lain sulit ditentukan scope dan sequence program ini untuk mencegah terulangnya penyampaian bahan yang telah diberikan. Sistem Unit waktu yang dipergunakan
Dalam system waktu dikenal adanya system Caturwulan dan semester. Dalam system Caturwulan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi pelajaran dilaksanakan dalam ukuran waktu 4 bulan. Sedangkan dalam system semester waktu pembelajaran dilaksanakan selama 6 bulan. Pengalokasian waktu Masing-masing mata pelajaran memerlukan alokasi waktu yang berbeda-beda sesuai tingkat urgensi dan kesulitannya. Mata pelajaran yang disiapkan untuk pelaksanaan ujian membutuhkan alokasi yang lebih banyak dari pada mata pelajaran dari kurikulum local yang tidak diuji secara nasional. Pokok-pokok bahasan dalam satu mata pelajaran juga memiliki komplesitas yang berbeda-berbeda yang tentunya membutuhkan alokasi waktu yang berbeda pula.

C.    Jenis-Jenis Organisasi

1.     Mata pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas  dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.  Beberapa hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.

2.     Mata pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut. Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

3.     Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
a)     Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing. Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:
b)     Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
c)     Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
d)     Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
e)     Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f)      Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Di samping itu kurikulum ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang diantaranya ialah:
a)     Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b)     Organisasin kurang sitematis
c)     Tugas-tuganya memberatkan guru.
d)     Tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
e)     Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f)      Sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
a)     Kurikulum inti (core curriculum)
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial. Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.
b)     Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and persistens situations).
Dalam pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan social anak didik, sehingga pelajaran yang di peroleh  memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat.
c)     Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah: Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.

D. Faktor – Faktor Dalam Organisasi Kurikulum
a.    Scope
Scope atau ruang lingkup kurikulum berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus di liputi. Scope menentukan apa yang akan di pelajari, Biasanya yang menentukan scope termasuk sequence (urutan) adalah para ahli pengembang kurikulum di bantu oleh ahli di siplin ilmu, juga pengarang buku, penyusun program latiahan atau kursus.
b.    Sequence atau Urutan
Sequence menentukan urutan bahan pelajaran di sajikan, apa yang dahulu apa yang kemudian, dengan maksud agar poses belajar berjalan dengan baik. Faktor – faktor yang turut menentukan urutan bahan pelajaran antara lain : kematangan anak, latar belakang pengalaman atau pengatahuan, tingkat inteligenci, minat, kegunaan bahan, dan kesulitan bahan pelajaran.
c.    Continuitas
Dengan continuitas di maksud bahwa bahan pelajaran senantiasa meningkat dalam keluasan dan kedalamannya. Dengan bahan yang di pelajari siswa di hadapkan dengan bahan yang lebih kompleks, buah fikiran yang lebih sulit, nilai – nilai yang lebih tinggi, sikap yang lebih halus, ketelitian yang lebih cermat, operasi mental yang lebih matang
d.   Integrasi
Dengan kurikulum berdasarkan mata pelajaran yang terpisah – pisah besar kemungkinan pengetahuan yang di miliki para siswa lepas – lepas. Adnya fokus bahan pelajara terpadu berupa konsep, prinsip, masalah membuka kemungkinan menggunakan berbagai di siplin secara fungsional.
e.    Keseimbangan
Keseimbangan dapat di pandang dari dua segi, yaitu :
(1). Keseimbangan isi, yaitu tentang apa yang di pelajari dan
(2) keseimbangan cara atau proses belajar. Tidak semua siswa dapat belajar secara efektif dengan cara yang sama. Maka perlu berbagai macam metode dan
Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.
kegiatan belajar.
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
  1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
  2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
  3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
  4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
  5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : 
(1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
(2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
(4) kelompok mata pelajaran estetika; dan
(5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1.      Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau disampaikan kepada murid, atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dicapai secara efektif.
2. Komponen-komponen organisasi yaitu :
a. Komponen horizontal
Struktur horizontal dalam pengorganisasian kurikulum merupakan suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik.
b. Komponen vertikal
struktur vertical berhubungan dengan system-sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, yang antara lain meliputi pengaturan kelas dan alokasi waktu
3. Jenis-jenis organisasi kurikulum yaitu :
a. Separated Subject Curriculum
b. Correlated Curriculum
c. Integrated Curriculum
4. Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan dalam organisasi kurikulum :
a. Ruang lingkup (Scope)
 b. Urutan bahan (sequence)
c. Kontinuitas
d. Keseimbangan
e. Integrasi atau keterpaduan
B. Saran

Dalam rangka mewujudkan kecintaan terhadap belajar pengembangankurikulum, sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa yang bergelut di jurusan tarbiyah dan salah satunya untuk bekaldalammengajar di instansipemerintahmaupunswasta, untuk merubah paradigmanya, dari yang tidak efektif, tidak komunikatif, tidak kontekstual kepada yang lebih efektif, komunikatif, dan kontekstual.



0 komentar:

Posting Komentar