MAKALAH
BAHASA ARAB
TENTANG
KANA
DAN SAUDARA-SAUDARANYA
Dosen
pembimbing :
SURISMI,
S.Pdi
Disusun
Oleh :
SEMESTER
DUA
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH ( STIT ) AL-QURANIYAH MANNA
Jln.
Affan Bachsin no.13 Telp(0739)21689 MANNA BENGKULU SELATAN
T.A : 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan jalan,
kekuatan, serta petujuk-Nya sehingga makalah tentang “ Kana dan Saudara-saudaranya
“ ini dapat diselesaikan.
Terwujudnya
makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan narasumber. Disadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
untuk kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang.
Akhir
kata, semoga Allah SWT. Selalu melimpahkan rahmat, karuniah, dan hidayah-Nya
kepada kita serta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………….. i
KATA PENGANTAR …………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI …………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2.
Rumusan Masalah …………………………………………….. 1
1.3.
Tujuan …………………………………………….. 1
1.4.
Ruang Lingkup …………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
3.1.
Pengertian Kana dan saudara-saudaranya ………………………4
3.2.
Lafazh-lafazh saudara Kana ………………………8
3.3.
Khobar Kana dalam peletakannya ………………………9
BAB
IV PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
……………………………………………. 12
1.2.
Saran …………………………………………….. 13
BAB V DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Selama
ini kita mengetahui bagaimana cara kana dan saudara-saudaranya merofa’kan pada
mubtada’ sebagai issimnya dan kepada Khabar yakni menashabkannya.
Untuk itu dengan adanya penulisan makalah yang berjudul Kana dan
Saudara-sauradanya ini, setidaknya kita dapat mengetahui dan memahami tentang
bagaimana cara Kana dan saudara-saudaranya merofa’kan pada mubtada’dan kepada
Khabar yakni menashabkannya.
1.2.Perumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dangen kana dan
saudara-saudaranya ?
2. Lafazh-lafazh mana sajakah yang
termasuk lafazh-lafazh saudara kana ?
3. Bagaimana
Khobar Kana dalam peletakannya ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan
Umum
Makalah
ini kami buat bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan kami terutama tentang Kana
dan saudara-saudaranya.
1
b. Tujuan
Khusus
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas Bahasa Arab II dan menambah nilai.
1.4 Ruang Lingkup
Pembahasan makalah ini hanya kami batasi
tentang Kana dan saudara-saudaranya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kana
dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada
jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim
kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana. Kaana mempunyai 3
arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan, yakni bisa berarti
terus menerus (istimror), bisa berarti menjadi, bisa berarti madhi (dulu)
Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah sebagai fungsi waktu, sebagai fungsi untuk meniadakan, sebagai fungsi perubahan, sebagai fungsi terus menerus, Ssbagai fungsi jeda waktu.
Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah sebagai fungsi waktu, sebagai fungsi untuk meniadakan, sebagai fungsi perubahan, sebagai fungsi terus menerus, Ssbagai fungsi jeda waktu.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Kana dan Saudara-Saudaranya
Kana
dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada
jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim
kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
Contoh :
مُحَمَّدٌ غَنِيٌّ
(muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi
كَانَ مُحَمَّدٌ غَنِيّاً
(kaana muhammadun goniyyan)=dahulu Muhammad itu kaya
Dari hal ini, I’rob dari kalimat مُحَمَّدٌ adalah marfu’ dengan tanda dhommah, karena isim mufrod, sebagai isim kaana.
Contoh :
مُحَمَّدٌ غَنِيٌّ
(muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya
Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari mubtada dan khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi
كَانَ مُحَمَّدٌ غَنِيّاً
(kaana muhammadun goniyyan)=dahulu Muhammad itu kaya
Dari hal ini, I’rob dari kalimat مُحَمَّدٌ adalah marfu’ dengan tanda dhommah, karena isim mufrod, sebagai isim kaana.
4
Kaana mempunyai 3 arti
yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan, yakni
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
Contoh :
وَ كَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيْمًا (wa kaanallahu gofuurorrohiimaa)
Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha pengasih
2. Bisa berarti menjadi
Contoh :
كَانَ وَجْهُهُ مُسْوَدَّةً (kaana wajhuhu muswaddatan)
Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram
3. Bisa berarti madhi (dulu)
Contoh :
كَانَ عَلِيٌّ مُجْتَهِدًا (kaana aliyyun mujtahidan)
Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid.
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
Contoh :
وَ كَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيْمًا (wa kaanallahu gofuurorrohiimaa)
Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha pengasih
2. Bisa berarti menjadi
Contoh :
كَانَ وَجْهُهُ مُسْوَدَّةً (kaana wajhuhu muswaddatan)
Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram
3. Bisa berarti madhi (dulu)
Contoh :
كَانَ عَلِيٌّ مُجْتَهِدًا (kaana aliyyun mujtahidan)
Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid.
Diantara saudara-saudara
kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah
1. Sebagai fungsi waktu
- أَصْبَحَ (ashbaha)=waktu subuh
- أَضْحَى (adhha)=waktu dhuha
- ضَلَّ (dholla)=waktu siang
- أَمْسَى (amsa)=waktu sore
- بَاتَ (baata)=waktu malam
1. Sebagai fungsi waktu
- أَصْبَحَ (ashbaha)=waktu subuh
- أَضْحَى (adhha)=waktu dhuha
- ضَلَّ (dholla)=waktu siang
- أَمْسَى (amsa)=waktu sore
- بَاتَ (baata)=waktu malam
5
Contoh :
بَاتَ الْوَلَدُ نَائِمًا
(baata alwaladu naaiman)=Anak itu tidur di malam hari
الْوَلَدُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim بَاتَ
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan
- لَيْسَ (laisa)=bukan/tidak
Contoh :
لَيْسَ النَّجَاحُ سَهْلاً
(laisa annajaahu sahlan)=Kesuksesan itu tidaklah mudah
النَّجَاحُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim لَيْسَ
3. Sebagai fungsi perubahan
- صَارَ (shooro)=menjadi
Contoh :
صَارَ مُحَمَّدٌ شَابًّا
(shooro muhammadun syaabban)=Muhammad telah menjadi seorang pemuda
مُحَمَّدٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim صَارَ
4. Sebagai fungsi terus menerus
- مَابَرِِحَ(maabariha)=senantiasa
- مَانْفَكَّ(manfakka)=senantiasa
- مَافَتِئَ(maafati`a)=senantiasa
- مَازَالَ(maazaala)=senantiasa
بَاتَ الْوَلَدُ نَائِمًا
(baata alwaladu naaiman)=Anak itu tidur di malam hari
الْوَلَدُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim بَاتَ
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan
- لَيْسَ (laisa)=bukan/tidak
Contoh :
لَيْسَ النَّجَاحُ سَهْلاً
(laisa annajaahu sahlan)=Kesuksesan itu tidaklah mudah
النَّجَاحُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim لَيْسَ
3. Sebagai fungsi perubahan
- صَارَ (shooro)=menjadi
Contoh :
صَارَ مُحَمَّدٌ شَابًّا
(shooro muhammadun syaabban)=Muhammad telah menjadi seorang pemuda
مُحَمَّدٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim صَارَ
4. Sebagai fungsi terus menerus
- مَابَرِِحَ(maabariha)=senantiasa
- مَانْفَكَّ(manfakka)=senantiasa
- مَافَتِئَ(maafati`a)=senantiasa
- مَازَالَ(maazaala)=senantiasa
6
Contoh :
مَازَالَ الْسَارِقُ مُكَدِّرًا
(maazaala assaariqu mukaddiron)=Pencuri itu senantiasa membuat resah
الْسَارِقُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَازَالَ
مَازَالَ الْسَارِقُ مُكَدِّرًا
(maazaala assaariqu mukaddiron)=Pencuri itu senantiasa membuat resah
الْسَارِقُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَازَالَ
4. Sebagai
fungsi jeda waktu
- مَادَامَ (maadama)=selama
Contoh :
لاَ تَخْرُجْ مَادَامَ الْيَوْمُ مُمْطِرًا
(laa takhruj maadama alyaumu mumthiron)=Jangan keluar selama hari masih hujan
الْيَوْمُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَادَامَ
Catatan
1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-saudaranya sebagaimana ketentuan pada mubtada dan khobar .
2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan saudara-saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-saudaranya merupakan fi’il.
Contoh :
كَانَتْ عَائِشَةُ صَالِحَةً
(kaanat ‘aisyatu sholihatan)= aisyah adalah wanita yang sholehah
- مَادَامَ (maadama)=selama
Contoh :
لاَ تَخْرُجْ مَادَامَ الْيَوْمُ مُمْطِرًا
(laa takhruj maadama alyaumu mumthiron)=Jangan keluar selama hari masih hujan
الْيَوْمُ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim مَادَامَ
Catatan
1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar kaana atau saudara-saudaranya sebagaimana ketentuan pada mubtada dan khobar .
2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats, maka kaana dan saudara-saudaranya juga berbentuk muannats. Hal ini karena kaana dan saudara-saudaranya merupakan fi’il.
Contoh :
كَانَتْ عَائِشَةُ صَالِحَةً
(kaanat ‘aisyatu sholihatan)= aisyah adalah wanita yang sholehah
7
Pengalaman kana dan saudara-saudaranya adalah
sebagai berikut :
تَرْفَعُ كَانَ الْمُبْتَدَا
اسْمَاً وَالْخَبَرْ تَنْصِبُهُ كَكَانَ سَيِّدَاً عُمَرْ
Kaana merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya, dan
kepada Khabar yakni menashabkannya, demikian ini seperti contoh: Kaana sayyidan
‘Umaru )*
3.2 LAFAZH-LAFAZH SAUDARA KANA
كَكَانَ ظَلَّ بَاتَ أَضْحَى
أَصْبَحا أَمْسَى وَصَارَ لَيْسَ زَالَ بَرِحَا
Adalah seperti Kaana (merofa’kan pada Mubtada’ sebagai
isimnya dan menashobkan khobarnya) yaitu lafazh: Zholla (menjadi di siang
hari), Baata (menjadi di malam hari), Adh-ha (menjadi diwaktu dhuha), Amsaa
(menjadi diwaktu sore), Shooro (menjadi), Laisa (tidak). Zaala (senantiasa),
Bariha (senantiasa)
فَتىء وَانْفَكَّ وَهذِي
الأَرْبَعَهْ لِشِبْهِ نَفْي أوْ لِنَفْي مُتْبَعَهْ
Fati-a (senantiasa) Infakka (senantiasa). Adapun yang
empat ini (Zaala Bariha Fati-a Infakka) harus diikutkan pada nafi atau serupa
nafi
وَمِثْلُ كَانَ دَامَ مَسْبُوْقَاً
بِمَا كَأَعْطِ مَا دُمْتَ مُصِيْبَاً دِرْهَمَاً
8
Dan semisal
Kaana (merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobar sebagai
khobarnya) yaitu lafazh: Daama yg didahului dengan Maa mashdariyyah-zharfiyyah,
seperti contoh: A’thi..! maa dumtu mushiiban dirhaman (berikan ia uang selama
kamu punya)
وَغَيْرُ مَاضٍ مِثْلَهُ قَدْ
عَمِلاَ إِنْ كَانَ غَيْرُ الْمَاضِ مِنْهُ اسْتُعْمِلاَ
Selain bentuk fi’il madhi (kaana dan sdr-nya) jelas
beramal semisal fi’il madhinya, apabila selain bentuk fi’il madhinya
dipergunakan.
3.3 KHOBAR KANA DALAM PELETAKANNYA
وَفِي جَمِيْعهَا تَوَسُّطَ
الْخَبَرْ أَجِزْ وَكُلٌّ سَبْقَهُ دَامَ حَظَرْ
Perbolehkanlah..! menengahi khobar
(antara amil dan isimnya) pada semua kanaa dan saudara-saudaranya. Dan setiap
mereka (nuhat/arabiy) melarang mendahulukannya khobar pada Daama.
كَذَاكَ سَبْقُ خَبَرٍ مَا
الْنَّافِيَهْ فَجِيء بِهَا مَتْلُوَّةً لاَ تَالِيَهْ
Demikian juga dilarang mendahukan khobar pada maa
nafi, maka jadikanlah ia (maa nafi) sebagai yang di-ikuti bukannya yang
mengikuti
وَمَنْعُ سَبْقِ خَبَرٍ لَيْسَ
اصْطُفِي وَذُو تَمَامٍ مَا بِرَفْعٍ يَكْتَفِي
Pelarangan mendahulukan khobar pada “Laisa” adalah
hukum yang dipilih. Saudara-saudara Kaana yang Tam, yaitu setiap yang cukup
dengan marfu’nya saja (isimnya).
9
Fi’il Naqish dan fi’il Tam :
وَمَا سِوَاهُ نَاقِصٌ
وَالْنَّقْصُ في فَتِىءَ لَيْسَ زَالَ دَائِمَاً قُفِي
Dan saudara kaana selain yg Tam, disebut Naqish.
Sedangkan Naqish untuk lafazh “Fati-a”, “Laisa” dan “Zaala” selamanya
diikuti/ditetapkan sebagai Naqish
Perihal
ma’mul Khobar didahulukan :
وَلاَ يَلِي العَامِلَ مَعْمُولَ
الخَبَرْ إِلَّا إِذَا ظَرْفاً أَتَى أَوْ حَرْفَ جَرّ
Ma’mulnya
khobar tidak boleh mengiringi amil … kecuali bilamana ma’mul tsb berupa zhorof
atau jar-majrur
وَمُضْمَرَ الْشانِ اسْمَاً انْوِ
إنْ وَقَع مُوْهِمُ مَا اسْتَبَانَ أَنَّهُ امْتَنَعْ
mengiralah
dhomir syaen sebagai isimnya kaana dan saudaranya, apabila terdapat anggapan
benar dari kalam arab yang nyata-nyata dilarang (ma’mul khobar mengiringi kaana
cs, pada bait sebelumnya).
Kana zaidah :
وَقَدْ تُزَادُ كَانَ فِي حَشْوٍ
كَمَا كَانَ أَصَحَّ عِلْمَ مَنْ تَقَدَّمَا
terkadang
kaana ditambahi (hanya zaidah) diantara dua kalimah (yg mutalazim) contoh: MAA
KAANA ASHOHHA ILMA MAN TAQODDAMAA “alangkah shahnya ilmunya orang-orang
terdahulu.
10
Kana dibuang :
وَيَحْذِفُوْنَهَا وَيُبْقُوْنَ الْخَبَر وَبَعْدَ إِنْ وَلَوْ كَثِيْرَاً ذَا
اشْتَهَرْ
Mereka (ulama
nuhat, orang arab) membuang kaana (berikut isimnya) dan menyisakan khobarnya.
Demikian ini sering terjadi dan banyak, ketika kaana berada setelah “in
syarthiyah” atau “lau syarthiyah”.
MAA
menggantikan Kana :
وَبَعْدَ أَنْ تَعْوِيْضُ مَا
عَنْهَا ارْتُكِبْ كَمِثْلِ أَمَّا أَنْتَ بَرًّا فَاقْتَرِبْ
Sesudah
huruf “AN masdariyah” menggantikannya Maa dari Kaana diberlakukan, semisal
contoh: AMMA ANTA BARRAN FAQTARIB “jadilah dirimu orang baik kemudian
mendekatlah (pd-Nya) “
Pembuangan
KAf pada Lafazh YAKUN :
وَمِنْ مُضَارِعٍ لِكَانَ
مُنْجَزِمْ تُحُذَفُ نُوْنٌ وَهْوَ حَذْفٌ مَا الْتُزِمْ
Dari fi’il
mudhari’nya kaana yg dijazmkan (YAKUN) huruf Nun-nya dibuang, pembuangan ini
tidaklah musti (boleh).
11
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kana
dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana ketika ia masuk pada
jumlah ismiyyah akan menyebabkan marfunya mubtada dan disebut sebagai isim
kaana, serta manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
2. Kaana
mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks yang diinginkan,
yakni :
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
2. Bisa berarti menjadi
3. Bisa berarti madhi (dulu)
1. Bisa berarti terus menerus (istimror)
2. Bisa berarti menjadi
3. Bisa berarti madhi (dulu)
3. Diantara
saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang sama dengan kaana adalah :
1. Sebagai fungsi waktu
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan
3. Sebagai fungsi perubahan
4. Sebagai fungsi terus menerus
5. Sebagai fungsi jeda waktu
1. Sebagai fungsi waktu
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan
3. Sebagai fungsi perubahan
4. Sebagai fungsi terus menerus
5. Sebagai fungsi jeda waktu
12
4.
Pengamalan Kana dan
saudara-saudaranya yaitu Kaana merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya, dan kepada
Khabar yakni menashabkannya, demikian ini seperti contoh: Kaana sayyidan ‘Umaru
(adalah seorang tuan siapa Umar).
5.
Lafazh-lafazh saudara kana Adalah seperti Kaana
(merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobarnya) yaitu
lafazh: Zholla (menjadi di siang hari), Baata (menjadi di malam hari), Adh-ha
(menjadi diwaktu dhuha), Amsaa (menjadi diwaktu sore), Shooro (menjadi), Laisa
(tidak). Zaala (senantiasa), Bariha (senantiasa).
B.
Saran
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih sangat banyak terdapat kekurangandan kesalahan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan
datang akan lebih baik lagi. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua serta menambah pengetahuan kita.
13
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Tahlib, Muhammad (1997) Pengajaran Basaha Arab. Bandung: Gema Risalah Press Bdg.
<Http://www.nahwusharaf.wordpress.com.>
Diakses 1
April 2012
jadi setiap habis kana tanda bacanya diakhiri dhumma?
BalasHapusAsu kakeane gendeng let asu kwe
HapusAsu rk ono kaana tam lan kaana naqis gendeng tah iye let iki
BalasHapus